Senin, 10 November 2008

Eksekusi Mati

Kebosanan mengonsumsusi berita perihal rencana eksekusi mati Amrozi cs berakhir sudah dan aku pun terbebas dari bualan para reporter TV yang kadang merasa menjadi orang yang paling tahu kapan eksekusi itu akan di laksanakan.

Pada Rabu malam, 5 November 2008, saat remot TV ku berhenti pada channel TV One, seorang reporter mereka melaporkan secara langsung dari Cilacap dan memberikan analisa bahwa eksekusi mati kemungkinan akan dilaksanakan pada Kamis Dini hari mengingat kalau di tunda lagi, tidak mungkin eksekusi di lakukan di hari Jumat karena_masih menurut reporter itu_ Amrozi cs bisa mengajukan penundaan eksekusi untuk sholat Jumat dan itu tentu saja harus di kabulkan oleh Jaksa kalau tidak ingin berurusan dengan Komnas HAM.

Namun analisa reporter itu tidak terbukti, dan keesokan harinya dia memberikan laporan lain berdaarkan kondisi terakhir dengan mereka-reka kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan pengamatan yang di lihat di lapangan. Pada saat kameramen mereka menangkap sebuah helikopter terbang di sekitar Nusakambangan, mereka menceritakan bahwa itulah helikopter yang akan di gunakan mengangkut jenasah, dan itu menunjukkan bahwa eksekusi sudah semakin dekat. Dan ketika lensa kamera menangkap sejumlah prajurit yang mereka bilang dari Kopasus sedang mendayung perahu karet, reporter TV One yang bernama Ecep mengatakan bahwa mereka sedang melakukan penyisiran untuk keamanan, padahal itu hanyalah dugaan sang reporter seperti dugaan dia sebelumnya ketika bilang bahwa Amrozi cs akan di eksekusi Rabu malam. lagian kalau mau melakukan penyisiran, kenapa tidak menggunakan perahu motor yang lebih cepat

Dan akhirnya Amrozi cs di eksekusi mati di depan regu tembak pada Minggu dini hari pukul 00.15. Tidak banyak yang tahu, termasuk pada reporter TV bahwa berdasarkan sumber yang tidak mau di sebut namanya, penundaan ekseskusi sampai Minggu pagi karena Amrozi meminta di beri kesempatan untuk nonton laga krusia MU Vs Arsenal yang berakhir 2-1 untuk kemenangan the Gunners. Amrozi cs yang ternyata mendukung pasukan muda Arsenal itu puas sehingga berani menghadapi maut kolaborasi pasukan brimob dan malaikat Izroil tanpa menutup mata.

Pelaku teror bom itu telah pergi, entah masuk ke surga atau mampir ke neraka namun yang heran kepulangannya di sambut teriakan takbir menggema dengan di labeli pejuang islam yang di usung oleh para pelayat, sebuah indikasi yang cukup mengkhawatirkan bakal bermunculan tukang-tukang bom baru, yang tidak takut mati namun tidak mencintai kehidupan. Alasan ini sungguh masuk akal mengingat hidup di jaman ini relatif sulit. Daripada hidup sengsara, bisa saja banyak orang berbondong-bondong di iming imingi masuk surga oleh Ustadnya yang begitu, pelaku teror bom yang sadis itu bisa dikategorikan sahid dan layak masuk surga. Padahal ia sendiri belum pernah mati jadi tentu saja tidak mengetahui proses peradilan di akhirat itu, kecuali saat ini ia pergi menemui Amrozi cs dan menengok nasib rekannya itu apa mereka ada di surga atau di neraka atau masih transit di suatu tempat yang tidak pernah diketahui oleh manusia.

Ustad yang Aneh....